Skip to main content

Pemetaan Pemahaman Ilmu Tafsir dan Hadits ~ KH Said Aqil Munawwar

 

Ilmu Tafsir dan Ilmu Hadits
.
Penafsiran sudah ada di zaman Rosul, Zaman Shohabat, Zaman Tabi'in. Maka Nabi itu diberi gelar dengan al mufassirul awal. Hadits juga begitu, pemahaman tentang hadits, sudah ada di zaman Nabi karena hadits itu milik beliau, maka  beliau disebut juga dengan Al Muhaddsitsul Awal. Begitu juga dengan keilmuan yang lain, al ushulul awal, al faqihul awal
 
Tapi secara keilmuan, kita lihat perkembanganya berbeda. Dari aspek keilmuan al quran, kalau dibandingkan dengan ilmu hadits, bisa berbeda hampir satu abad. Ilmu hadits duluan, ilmu al quran belakangan. Kenapa? karena mereka dulu itu masih belum memerlukan ilmu itu, walaupun ilmu itu sudah ada di tengah2 kehidupan mereka. Ushul fiqih, sudah ada di zaman Nabi, tafsir sudah ada di zaman Nabi. Tapi dalam bentuk qowaid, tapi dalam bentuk kaidah keilmuan, memang belum dikodifikasikan. 


Nulis Disertasi
.
Dulu untuk membuktikan itu, ketika saya menulis disertasi itu, pertama saya ajukan judul  
 
fatawa asy syayyidah a'isyah rodhiyallohu 'anha wa dirosatuha, tahtadhouil qowaidil ushuliyah
Tiga bulan saya di perpustakaan untuk meneliti, siapa itu Siti A'isyah. Ternyata luar biasa, beliau itu punya fatwa itu hampir 600. Dua ratus fatwanya itu yang mandiri, setelah terkumpul datanya itu, mikir saya, berapa jilid disertasinya nanti? Kalau satu fatwa itu lima halaman saja, fatwanya analisisnya muqoronahnya, itu berarti fatwanya saja sudah 3000 halaman (600x5). Belum pendahuluanya, belum sejarah biografi beliau, itu saya hitung2 bisa 6000. Sudah saya petakan semua itu, walaupun dulu belum ada komputer ya, masih nulis tangan. Ngetik juga masih yang manual, gejrek2. Saya gambarkan betapa hebatnya perkembangan keilmuan itu. 



Ilmu Tafsir
.
Nah tafsir juga begitu, sudah ada penafsiran dari jaman Rosululloh. Kita selalu mendengar ketika Rosululloh menafsirkan ayat dengan ayat, ayat dengan hadits, sudah ada itu. Kemudian ditata, jadilah satu disiplin keilmuan. Maka ketika kita berbicara ulumul quran, secara global, yang di dalamnya, ada ilmu tafsir, kalau kita lihat perkembanganya, tokoh pertama yang menulis ulumul quran, Muhammad bin kholaf bin marzuban, yang wafatnya 309H. Beliau sudah menulis buku, namanya al haawi fi ulumil quran. Al hawi artinya asy syamil, yang dilanjutkan berikutnya oleh siapa? Abul hasan Al Asy'ari, Fununul Asnam fi ulumil quran. Tapi dianggap oleh para ulama belum mencukupi. Ada yang sudah menulis juga al burhan fi ulumil quran. Ulama sepakat yang ditunjuk sebagai tokoh pertama yang menulis ulumul quran dengan pembahasan yang begitu lengkap, itu itu adalah al khoufi. Ibrohim bin said al khoufi, al khoufi itu sudah abad ke lima dia. Tapi bukunya paling besar, ada tigapuluh jilid. Separohnya masih ada di darul kutub al misriyah itu, 15 jilid. Kita bayangkan, betapa luasnya ilmu itu. Walaupun  ilmunya belakangan, tetapi kitab tafsir sudah lahir. Kitab tafsir dari zaman shohabat saja yang dinisbahkan pada ibnu abbas, namanya Tanwirul misbah, Sufyan ats Tsauri juga punya buku, tafsir ats tsauri. Dan seterusnya, tapi yang besar itu adalah abu ja'far Muhammad bin Jarir Ath Thobari, itu 310H. 
 

Ilmu Hadits
.
Nah Ilmu hadits juga begitu, ilmunya sudah ada. Al Imam Asy Syafi'i yang ditunjuk sebagai tokok pertama yang menulis keilmuan ilmu hadits, dengan ar risalahnya. Dengan ikhtilaful haditsnya, dan lain2 sebagainya. Baru dikembangkan nanti pada masa2 berikutnya. Dicatatlah tokoh pertama yang menulis ilmu hadits, itu adalah Ar Rohamurmuzi (360H). 360H itu adalah masa wafatnya, Al Imam at Thobaroni, yang punya buku besar2 itu. Mu'jam ash shogir, mu'jam al ausath, mu'jam al kabir. Tapi itu murni beliau sekarang diembel2i, wa shohahhahu al albani. Saya begitu al bani, lihat pak yusuf ini. Beliau nulis al bani, saya yang bimbing. Itu masih belum keluar buku yang satunya, masih anaqudhot, sekarang sudah keluar lagi enam jilid, namanya at ta'rif, oleh mahmud said mamduh. Nanti saya kasih bukunya itu, siapa al bani itu. Telinganya pedes itu. Hadits wa shohahahu al albani. Kapan dia melakukan tashih itu? kalau wa shohahahu ibnu hibban, okelah.. ya kan? wa shohahahu ibnu khuzaimah, okelah. Orang bertanya tanya itu.
 

Muwatho'
.
Baru diikuti itu secara keilmuan, tapi materi hadits itu sendiri sudah ada terlebih dahulu. Muwatho', kita kadang2 kenalnya muwatho' malik bin anas, padahal tahun 158H Sudah ada muwatho' juga yang ditulis oleh ibnu abi dzi ib. Maka kalau yang mau tahu, siapa saja yang menulis judul buku dengan muwatho', baca buku namanya al muwatho'at, karangan nadhir hamdan, satu jilid. Muwatho' itu istilah, saya punya karya, punya riwayat. Kemudian riwayat yang saya kumpulkan itu, saya konsultasikan dengan guru saya. Guru saya melakukan koreksi, tentu tidak semuanya diterimanya. Ada yang diterima ada yang tidak. Yang tidak itu, itu nanti disusulkan diganti lagi. Muncullah buku, namanya muwatho'. Muwatho' itu dianggap sebagai buku hadits pertama sebelum buku hadits yang lain. Imam Abu Hanifah juga punya musnad, tapi musnadnya beda dengan ilmu hadits. Musnadnya bukan merupakan ilmu hadits yang disusun hadits di dalamnya itu dengan sistematika namanya sahabat. Tapi musnad dalam arti kumpulan hadits, yang dijadikan sebagai dasar fikihnya beliau. Asy Syafi'i juga punya musnad asy syafi/i, beda dengan musnad ahmad, beda...
 

Musnad ahmad sudah sudah keilmuan dia, keilmuan hadits, bukan spesifik sebagai dasar hukum pemikiran madzhabnya beliau. Berkembanglah, dinilai karyanya rohamurmuzi, al muhaditsul fasil, bainal rowi wal wa'i kurang memadai padahal satu jilid besar itu. Muncul tokoh, namanya abu bakar ali bin ahmad al baghdadi, yang dikenal dengan al khotib al baghdadi. Tapi sebelumnya sudah ada Abu Nu'aim al Ashbahani, sudah beliau beri judul al mustakhroj fi ulumil hadits. Meningganya 430 H. Khotib al bagdadi 463H, al kifayah qowaaninir riwayah dll, naik sampai ke atas. Muncullah namanya tokoh2 besar. sampai dengan Imam Ibnu Sholah, yang dikenal dengan Asy Syahro zuhri, 643H. Ada abu hafs umar bin abdul majid al mayanji, dia punya buku juga. Perkembangan terus berlanjut, nah nanti perkembangan ilmu hadits dan ilmu hadits beda. 


Perkembangan Ilmu Hadits
.
Ilmu hadits dengan segala keilmuanya, ada buku besar seperti Ibnu Sholah, pusat perhatian itu ada pada karya beliau yang monumental yang Kitabu ma'rifatil ulumil hadits yang sering disebut muqoddimah ibnu sholah. Saya kumpulkan dari catatan saya, itu ada 31 orang tokoh, membuat syarah, sudah dibuat syarah dibuat ringkasan lagi, ya... Ini bedanya ilmu hadits. Jadi tradisi keilmuan kita nulisnya matan, sudah ditulis matan, disyarahkan. Habis disyarahkan diringkaskan lagi, mukhtashor lagi. Ada yang langsung nyambung dengan hasyiyah (hawaasyi). Saya kumpulkan itu dengan tokoh2nya masyaalloh luar biasa. 200 tahun setelah itu muncul ibnu hajar al atsqolani, dengan nutbatul fiqirnya itu disyarahkan juga, diringkas juga. Itu sama, hampir sama dengan ibnu sholah itu. Inilah namanya pemetaan sejarah keilmuan. Buku saya itu saya buat dari mulai jaman klasik modern dan kotemporer. Jadi kita lihat nanti, apa spesifikasi masing2. 

Spesifikasi masing2 itu adalah peristilahan yang ditawarkan. Peristilahan yang ditawarkan, maka ketika ib u sholah juga menawarkan ilmu hadits ini harus dipisah dia,ada ilmu riwayah ada ibnu diroyah. Belum mendapatkan tanggapan yang memadai, karena begitu banyaknya. Materi lebih banyak daripada ilmu. Iya kan, buku2 hadits sudah begitu banyaknya. Muncul bukhori dengan jami' shohih nya bukhori 256H. Muslim 261H pada masa itu juga ada ad darimi 255H, munculah ibnu majah 273, Abu dawud 275, Tirmidzi 279, Nasai 303, terus.. tapi ilmunya sudah muncul disitu. Al Jarhu wat Ta'dil sudah ditulis, oleh ayah dan anak nanti Abu hatim Ar Rozi, dengan Ibnu Abi Hatim Ar Rozi, di Ilmu hadits, dia juga ibnu abi hatim juga sebagai mufassir. Jadi kita lihat ilmu tafsir dan ilmu hadis tidak bisa dipisahkan. Mufassir dia juga harus muhadits, maka yang mufassir jelas, semua mufassir itu semua hamalatul quran. Yang muhadits juga semua hamalatul quran, kenapa? karena menghafal hadits lebih sulit daripada menghafal al quran. Kalau al quran ada sanadnya seperti hadits, masyaalloh, berantakan semua kita.

Alif lam mim, hadatsana fulan bin fulan, hadatsana fulan bin fulan. Ha.. tahwilus sanad kan, baru dzalikal kitaabu laa roiba fihi hudan lil muttaqin, akhbarona fulan bin fulan, gak selesai2. Iya kan? maka saya simpulkan begitu, tapi muhadits kadang2 gak ngaku dia, diam. Syaikh, ini hafal quran juga syaikh? Al quran dianggap lebih mudah, dianggapnya al quran itu lebih mudah daripada ilmu hadits itu. Terus dia berkembang, ilmu al quran itu sampai masa2 jayanya imam as suyuthi, dan seterusnya sampai dengan akhir2nya al baiquni dengan al qoshimi. Sudah masuk abad ketiga belas itu. Nah ulumul quran juga begitu, sampai imam az zarqoni dengan manahilul irfanya. Jadi kalau kita kumpulkan buku2 ulumul quran dan buku2 ulumul hadits, itu masyaalloh, ribuan itu. Ribuan judulnya, 
 

Mufassir
.
Nah tafsir juga begitu, baru dikatakan tafsir apabila selesai dari surat al baqoroh sampai surat an nas, baru dikatakan tafsir, tapi kalau sekedar surat ini, surat ini, tafsir surat ini, bukan tafsir al quran dia, terpecah2 dia. Nah supaya al quran, penafsiran tidak semaunya, memahami hadits juga tidak semaunya dibuat dalam ushul fiqh, tidak semua orang bisa memahami teks di dalam al quran dan as sunnah, sehingga yang membuat fatwa tadi itu. Menarik pajak masuk neraka, jadi yang diem masuk surga. Jadi dibuatlah semacam apa? syarat, untuk bisa menyimpulkan hukum dari ayat dari hadits, maka dia harus memenuhi persyaratan, sebagai seorang mujtahid. Untuk dia bisa menafsirkan itu ada syurutul mufassir, disamping syurut, ada adabul mufassir. Terpenuhi persyaratnya mungkin, (tapi) adabnya gak terpenuhi, juga tidak dibenarkan seseorang itu menafsirkan al quran. Kalau kita buka buku2 tafsir, qowaidut tafsir, dan seterusnya itu, mungkin adabnya banyak. Tapi kalau kitab2 kecil2 saja, mabahis fi ulumil quran. Manaa al qothon, tafsir quran dengan quran, itu kecil saja kan. Itu adabnya, cari aqwalush shohabatnya, cari aqwalut tabi'inya. Baru nanti apa? ash shidqu fin niyah, wa tajarrudu anil hawa. Kalau memahami sebuah hadits, dengan kehendak hawa nafsu, gak boleh. Maka seorang mufti gak boleh mengeluarkan fatwa, ketika dia emosional. Ketika dia ada masalah, gak boleh. Menafsirkan Al quran juga begitu, dalam posisi tenang, akrab dengan yang dibacanya. Ini baca quran aja gak lurus, sudah berani ngajar tafsir? masyaalloh. 
 
Benerin itu bacaanya dulu, iya ditivi itu masyaalloh. Itu saya cerita ke mahasiswa, saya kalau habis subuh, sedang taqrir itu, lebih baik saya nonton tivi itu yang cartoon network. Ada tom jerrynya, jelas itu. Ngejar gak dapat itu, terus nabrak itu, ketawa... Daripada dengerin mufassir2 yang gak jelas itu. Ada seorang apa? gak perlu kita sebut namanya lah, cerita tentang memakmurkan masjid. Dasar untuk memakmurkan masjid itu, disebutlah sama dia, Surat At Taubah ayat 18. Ya tentu suaranya gak sebagus qori tadi itu kan? innamaa ya'muru masajidulloh.. udah mulai kerasa gak? man amana billahi wal yaumul akhir. Pede aja dia..di depan kamera, sudah salah bacanya gak merasa salah. Kalau di depan saya itu, langsung selesai itu sudah, belajar dulu. 
 

Habib Syaikh
.
Dulu kakek saya, namanya aqil juga, Aqil  bin Ahmad bin Ali bin Abdurrohman Al Munawwar. Meninggalnya di solo, tahun 48. Lihat orang salah gitu, khotib jumat salah? langsung dia berdiri, ditempeleng sama dia... ploooongg... Belajar dulu kamu. Iya jadi di masjid jami' solo  itu kalau sudah jumatan, khotib naik, dia dibawah mimbar itu langsung. Ndak adak taskun taslan itu gak ada itu, langsung. Maka dia katakan, ente belum bisa mengajar, belajar ke rumah saya. Rumuahnya selalu terbuka. Dan kalau mau belajar buat perjanjian dulu, habis belajar ilmu apa, makan dulu baru boleh pulang. Enak makanya, makanya kebuli terus, kambing terus, tapi istrinya jadi permaisuri, motong bawang, gak boleh, nanti takut luka tanganya. Iya jiddah saya, saya ketemu dengan jidah saya. Jiddah saya itu bibinya habib syaikh, syaikh aa itu. Habib Syaikh yang qosidah itu. AA itu singkatan Abdul Qodir As segaf. Ayahnya meninggal dalam keadaan sujud, jumatan. Saya diajak kecil, waktu saya kecil dulu, ke jawa itu. 
 
 
Ketemu saya sama semua itu, sama kakek sudah gak ketemu lagi. Karena ayah saya ditinggal oleh ayahnya itu umur 13 tahun. Jadi dulu kalau kyai, ulama, dari suatu daerah. Berangkat dari Yaman menuju palembang, surat menyurat terus menerus dengan gurunya, Abu Hasan Asy Syatiri. Sudah kawin belum? jaga gak mau kawin, pokoknya dakwah. Akhirnya ketemu juga yang cantik, jidah saya. Kawin dia sama jidah saya, jidah saya al habsi. Saya sudah kawin, dapat anak. Ulama itu dulu rata2 adalah pedagang kaya raya, ngajar itu bukan untuk dia mencari amplop, tapi dia yang ngasih amplop. Maka di solo juga, dia ajarkan ilmu itu,  mau belajar apa saya ajarin, tapi syaratnya makan dulu. Jadi tiap hari, saya diceritakan sama jidah saya itu, di rumah potong kambing setiap hari 3 ekor (atau) 2 ekor, tapi sampai sekarang jidah saya tidak ada tahu darimana kambing itu datang.  Padahal istrinya, darimana datang itu tidak tahu. Pokoknya ada yang ngaterin aja setiap hari potong kambing. Katanya dari karomahnya lah, gitu kan. Kita kan gak tahu, kapan jadi begitu, wallohu a'lam. 

Artinya apa? kita harus hati2. Gak usah ayat tetang memakmurkan masjid, ayat keteladanan Rosululloh, yang sudah biasa dihafalkan anak2 kecil itu, di tivi itu salah bacanya. Surbanya masyaalloh besar, jubahnya panjang lagi, warna warni. Bacanya, laqod kana lakum fi rululloh... fi rosululloh dimana belajarnya? gak tahulah kita model2 begitu itu. Maka ini dipagerin, bukan untuk mempersulit tidak semua orang bisa menafsirkan Al Quran, tapi untuk menjaga kesucian, kebesaran dan keagungan al quran supaya jangan dipegang ditafsirkan oleh orang2 yang tidak mumpuni keilmuwanya. Begitu juga hadits, maka ketika kita ingin mempelajari al quran, mempelajari hadits, itu tidak pernah ditulis saya belajar ilmu al aquran, ndak...belajar ulumul quran, belajar apa? belajar ulumul hadits. Maka semua yang terkait, itulah ilmu al quran, itulah ilmu hadits. 


Maka ketika kita membaca apa itu ulumul quran. Disebutkan al ilmullati huwa yubhasu bihi, kullu maa yata'allaqol quran, min haitsu apa dia? 
  • jam'uhu, 
  • nuzuluhu, 
  • tartibuhu, 
  • al maki wal madani, 
  • al muhkam wal muatasyabih, 
  • ujungnya apa? wa ghoiru dzalika silla lahu fil quran. 

Disebutnya baru ada lima, tapi wa ghoiru dzalika itu lebih banyak lagi. Saya sering ngasih ujian mahasiswa pasca ini, berikan contohnya masing2. Masing2 nya lebih dari satu, tapi beri contohnya satu, ujungya dan lain lain. Kan soalnya berikan contohnya masing2, berarti kan tidak satu. Disebutkanya satu, dan lain2. Tapi sebagai dosen yang baik hati lah, saya selalu husnudzon, dia mau tuliskan contoh itu, tapi waktunya gak ada. Ada yang memang lupa, lupa gak tulis (dikosongin jauh gitu). Sedang lupa dia.. karena Alloh larang, ya aiyahalladzina amanujtanibu katsiro minadz dzon. ...   Berbeda dengan guru saya, saya sekolah dulu waktu S2, itu ada dosen saya yang killer luar biasa. Baik dia seperti orang tua saya. Tapi kalau sudah ujian, gak ada urusan. Nilai kurang satu 69. Saya deketin dia,, syaikh syafa'atukum... min?...fulan
al mizan indalloh.
Saya gak diluluskan ustadz, 69.5 Tolonglah ustadz syafa'at ustadz... Allohu yarham, guru2 itu. Jadi memang harus ada setiap jurusan itu yang killer itu. 

Kalau saya di umul qura itu ada semua. Itu ada namanya Muhammad Abu Syahbah, killer itu killer. Di bagian saya, bidang ushul fiqih, ada ahmad fahmi abu sunnah yang terkenal punya disertaasi 
al urfu wal adat fi ro-yil fuqoha tahun 42. 
 
Ngajarnya muwafaqot, tapi ngajarnya itu, penjelasanya kemana2 itu, mampir kesana mampir kesini. Satu fakroh saja, 2 jam. Nah kita harus ikutin itu, bawa tape recorder gak boleh, hiya bid'ah. Sekarang enak kan, dimasukkan di bawah, ngoceh lah dia, kemudian dinasakh ulang. Buku itu sudah gak rupa buku, tulisan kita sambil dengerin dia sambil jalan tanganya, kadang2 bukan di kertas, di meja. Saking cepetnya, tapi itulah perjuangan. 


Manahij
.
Nah pemetaan itu lebih jauh, nanti setelah muncul namanya metode. Manahijd, apaakah itu mnahijul mufassirin atau manahijul muhaditsin. Manahijul mufassirin, kita sudah tahu semua, yang disebut dengan manhaj, ihtijah, thoriqoh, laun, itu melahirkan pemetaan pemahaman, al quran itu satu tapi ditafsirkan oleh mereka yang mempunyai wawasan keilmuan yang berbeda. Yang fiqih menonjolkan fiqihnya, yang nahwu menonjolkan nahwunya yang filsafat menonjolkan filsafatnya. Yang bahasa menonjolkan bahasanya, muncullah yang namanya laun itu, 
  • ada tafsir fiqhi
  • ada tafsir adabi
  • ada tafsir bi ijtimai
  • ada lagi tafsirnya tafsir apa lagi, yang sekarang sudah bertambah lagi, yang disebut dengan istilah tafsir haroki. 

Yang itu nanti dibawalah. Yang kemarin kan ditawarkan judul radikalisme dalam penafsiran, jangan ah, nanti melahirkan orang2 yang radikal2. Kadang2 kosa katanya sama, ditafsirkan dengan penafsiran yang berbeda. AL Wujuh, wan nadhoir, satu maknanya banyak, banyak tapi maknanya satu. Itu ditulis, siapa itu ibnu jauzi, banyak buku2nya itu.  Nah kita maunya, paling tidak ketika kita membuat pemetaan keilmuan itu, satu cabang keilmuan paling tidak kita punya bukunya satu. Untuk apa? untuk kita bandingkan nanti, dari sisi ilmu2 yang lain. Sehingga kita punya wawasan yang luar biasa. Karena sekarang ini apa? perkembangan keilmuwan ini berkembang demikian cepat. Kalau kita tidak ikuti perkembangan itu, kita ketinggalan. Terutama hasil2 penelitian, di timur tengah itu luar biasa penelitianya. 
 

Whatsapp - Seminar Internasional
.
Maka kita punya wa dengan temen2 itu, walaupun hape saya itu lowbat melulu, sekali masuk wa itu 1200. Dari temen2 itu lho, kasih download apa. Nih ada seminar al quran tentang quran, adanya disini. Ditawarin, mau ikut gak? saya bilang mungkin gak ikut, tapi nanti dikirimin makalah2 itu, ya dikirimin, didownloadkan. Berapa jilid? 4jilid, 5jilid, satu jilidnya 400 halaman nanti. Begitu dapat downloadnya kita? print. Nanti kita kopi ulang, biar nanti lebih bagus lagi. Terus dia berkembang. Ilmu hadits juga begitu, ada sekarang ini yang menggalakkan studi banding. Pertandingan dari karya2 ilmu hadits misalnya. Baru keluar ini disertasi di umul quro, muqoronah bainal alfiyatain. Alfiyah al iroqi was suyuthi. Disertasi segini tebelnya, padahal alfiyahnya berapa sih? kecil, tapi karena kajianya, saya yakin musyrifnya yang besar. Musyrifnya bisa ngembangkan pembahasan2, sehingga penelitianya mengarah ke jauh yang lebih luas lagi. 


Kumpulan Tesis dan Disertasi
.
Nah kita lambat kadang2 disitu, dan judul2 kita itu kadang2 ketika kita ingin mencari dirosat sabiqoh, ternyata sudah ditulis orang dulu. Nah kita mau nulis yang mananya? nah sekarang kita bersyukur, jami'atul wal arobiyah yang pusatnya di jordan, itu sekarang sudah menghipun tesis dan disertasi, dijadikan.. menjadi satu cd, beberapa cd. Nanti kita mintakan, saya sudah ketemu sama rektornya. Jadi ribuan judul disertasi dan tesis dalam bentuk cd gitu, jadi kita masukkan, sama dengan keilmuan ulumul quran isinya 100 gitu kan, itu semuanya begitu. Karena sekarang ini semuanya sudah online2 semua. Sampai ilmu pun online. Tafsir juga bisa tafsir online. Sehingga kalau kita peta buatkan semacam pemetaan pemahaman, masih juga tidak keluar dari dua konteks itu, ada pemahaman secara tekstual ada pemahamanya yang secara kontekstual. Hanya nanti dasar keilmuwanya yang berbeda. Al quran, al quran ada sababun nuzulnya. Hadits ada sababul wurudnya. 


Ketika kita berbicara dan membuat pertanyaan, apakah al quran itu semua ayatnya ada sababun nuzulnya? jawabnya tidak. Apakah semua hadits nabi itu semua ada sababul wurudnya? jawabnya tidak. Tapi ditawarkan, bahwa al quran itu diturunkan, hadits itu diucapkan gak pernah ayat dan hadits itu yang hampa kultural, gak pernah. Jibril turun sendirian, dia dimana? di tengah2 padang pasir bacain ayat. Nabi ngomong sendiri di dalam kamarnya, gak ada orang? (kalau demikian majnun namanya) pasti ada yang diajak ngomong. Siapa dia? apa latar belakangnya? historis, sosiologis, antropologis, iya kan? kalau istilahnya abu sy-bah disebut ada ibtidai ada sababi. Ada yang 'aam ada yang khosh, semuanya membantu kita dalam menafsirkan al quran, memahami hadits nabi. Tapi kalau kita terikat, diikat oleh tekstual, maka kita nanti dianggaplah sudah tidak relevan lagi, hadits itu sudah usang2 gak bisa diterapkan di zaman kita sekarang ini. Yang gak relevan itu siapanya? orangnya itu yang gak relevan lagi hidupnya sekarang. Iya kan??? ngatakan al quran sudah gak relevan lagi, dianya yang sudah gak relevan lagi, cepet2 biar suruh aja meninggal dunia itu. Masak al quran disalahkan? hadits nabi disalahkan? Sampaitadi membuat pemetaan pemahaman, sorga pun diatur sama dia, iya.. sorga pun diatur sama dia. 


Ini menunjukkan bahwa penguasaan berbagai disiplin keilmuan terkait quran dan hadits, itu kurang memadai. Karena kurang memadai, maka dia tidak memiliki wawasan yang dimiliki orang lain. Sehingga dia merasa dialah yang benar? padahal bukunya baru satu dibacanya. Buku yang lain, banyak masih. Itu tadi itu, dibuat satu pertanyaan, betulkah ada ta'arudh bainal ayatul quraniyah wal haditsun nabawiyah. Kalau dia berfikirnya waras, gak mungkin,orang sumbernya satu, Alloh, sumbernya satu Rosul, sumbernya satu wahyu. Gak mungkin disini a disini b, Mustahil...  Maka di ilmu2 ta'arudh itu ada dia di dalamnya ilmu al quran ilmu hadits, ilmu ushul fiqih. Ada jalan keluarnya, hanya metode jalan keluarnya saja yang berbeda2. 

Ada yang mendahulukan harus kompromi dulu, ada terus kemudian ada yang menawarkan setelah itu naskh, setelah itu baru tarji. Hanafi tidak o tarji dulu, baru naskh baru kompromi. Gak papa, tapi untuk kita mengatakan ini ta'arudh secara hakiki itu tidak terjadi, yang ada itu hanya nadzor, itupun katanya 
li jahlinaa bihi, 
kebodohan kita. 
Kita ngakui ada ta'arudh secara nadzori. Disinilah ada ilmunya tersendiri, ada ilmu ikhtilafil hadits, tanpa mengetahui itu tanpa menguasai itu, dia meninggalkan satu hadits dan meninggalkan hadits yang lain. Maka wawasan semacam itu disampaikan secara gamblang, dan panjang lebar, Syaikh waliyulloh ad dahlawi, dalam bukunya, 
 
hujatulloh al balighoh
Kenapa ada tafawudz? shohabat sendiri tidak satu tingkatan keilmuan, apalagi sudah masa tabi'in dan masa2 berikutnya. Ada tafawudz itu, kita sebagai peneliti, sebagai mahasiswa yang mempelajari itu pasti kita terus membuat satu kesimpulan Al Quran itu adalah wahyu, Hadits itu juga,  
 
wa maa yanthiqu anil hawa in huwa illa.... 
wahyu juga. 
 
Ketika wahyu bertemu dengan manusia dengan segala kelebihan dan kekuranganya, kedalaman, keluasan dan kesempitan keilmuanya, dengan perbedaan metode yang digunakan dalam memahami itu melahirkan sesuatu yang sama? mustahil. Gak mungkin itu, pasti dia melahirkan perbedaan2. Tapi tetap dia dalam konteks keilmuan.


Makna Lahir dan Makna Batin
.

Tafsir, gak boleh jauh dia dari bahasa, karena apa? karena ayat al quran itu bahasanya bahasa? arab. Gak boleh (jauh dari bahasa), maka nanti para 'ulama kalau sudah berbicara nanti yang namanya aliran yang disebut dengan Sufi, 'Isyari,  mereka berkebaratan untuk itu. Karena al quran itu ayatnya ada makna lahir ada makna batin. Lahir, didekati dengan bahasa. Tapi kalau batin bagaimana? gak bisa dia didekati dengan bahasa, kecuali kedekatan si mufassir dengan yang punya al quran itu sendiri, Alloh Swt. Ini dengan yang punya quran saja jauh, baca quran gak pernah. Sebagai mahasiswa gak boleh kurang dari satu juz, sehari. Apalagi hamalatul quran. Saya katakan, kalau tidak membaca mengulangi bacaan quran itu 3 juz, dosa kita (bagi hamalatul quran). Nah bagaimana dengan yang dia tidak hafal, belajarnya juga gak lurus, terus menafsirkan al quran? bagaimana itu? harus akrab dia, baru dia bisa tafsirkan. Kalau gak akrab bagaimana dia menafsirkan? Hadits juga begitu, dia gak mungkin kita menghafal hadits semuanya itu kan. Orang yang tingkatanya seperti tingkatan siapa? Imam Bukhori, Imam Ahmad yang hafal 600ribu ma'as sanad? Gak mungkin.. orang arbai'in nawawi aja gak lurus. Kita belajar arba'in nawawi kan? naik sedikit abi jamroh. Begitu naik shohih bukhori, sudah pusing2 dia. 
 
Fiqh juga begitu, dari yang kecil dulu baru yang besar dia. Nah untuk kapasistas seperti itu gak mungkin kita capai itu semuanya. Tapi paling tidak kita mengenal berbagai disiplin keilmuan itu dengan pengenalan yang baik. Sehingga kita dalam menafsirkan penuh dengan kehati hatian. Kalau  benar dalam menafsirkan, itu adalah salah ya kan? Kalau kita jujur2 kan? kalau kita benar dalam menafsirkan sebenarnya kita salah juga. Karena penafsiran yang sebenarnya hanya Alloh Swt. yang mengetahui itu. 

Indikasi saja kita, indikasi supaya tafsirnya benar. Sudah agak deket2 lah gitu. Maka ujung2nya gitu, inilah yang bisa saya lakukan, wallohu a'lam. Ada yang dia cepet2 wallohu a'lam duluan. Baru dia tafsirkan gitu kan, nyebut lagi wallohu a'lam lagi. Banyak wallohu a'lam dari penafsiranya itu. Itu kehati2 an, taku kalau kita menafsirkan kalau tidak dengan kapasitas keilmuan kita. Tidak sesuai dengan pesan Alloh Swt. sebagai yang menurunkan wahyu itu takut kita. 
 
Man fassarol qurana bi ro'yihi fal yatabawwak maqadahu minan naar. 
 
Disini boleh kita ngaku, inilah tafsir yang bisa kita pertanggung jawabkan, boleh. Nanti kalau sudah di akhirat kalau mau  dijeburkan di neraka minta tolong sama siapa?  iya kan.. hati2 kita hati2 selama kita merujuk pada karya2 ulama terdahulu dengan segala perbandingan metode yang ditawarkan oleh mereka itu insyalloh kita masih dalam koridor yang benar, dengan segala kelebihan dan kekurangan. Tapi jangan buat tafsiran sendiri, yang jauh. Kalau dalam ushul fiqih disebut dengan takwil ba'id, takwil ba'id itu laa yuhtaju bihi. Gak boleh takwil ba'id laa yuhtaju bihi, sama dengan penafsiran yang dilakukan dulu zaman orde baru dulu. Yang golkar menggunakan
wa laa taqroba hadzihis syajaroh
Lawan2nya kan.. pohon itu apa? golkar. Kalau orang syiah katakan itu lah sayyidah a'isyah. Nah itu namanya ditulis oleh 
 
 
Husein adz dzahabi al ittijahah al munharifah fi tafsiril quranil adzim. 

 
 
Jadi aliran2 yang menyimpang, kenapa menyimpang? itu sudah ada yang disebut dengan 
at ta'ashubul madzhabi. At Ta'ashuf  fi takwilin nushus
Bukan mencari satu kebenaran ketika dia menafsirkan satu ayat di dalam hadits, tapi yang dicarinya adalah bagaimana tafsiran itu, pemahaman itu bisa membantu menguatkan aliran yang dianutnya. Aliran yang dijadikan dasar olehnya itu. Pengantar cukup? sekali2 lihat jam, tapi gak saya lihatin. Tadi betul ibuk nyebut nama saya aqil, aqil itu banyak akalnya. Orang arab katakan, al aqil yakfihil isyaroh. Cukup dengan isyarat saja. Pengantarnya sudah jauh, sehingga perlu ada diskusi, sehingga ada hasil, pemahaman, dan rasa penasaran ingin tahu lebih jauh lagi.                                                                                                                       

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Kasus Manajemen Risiko ( PT Telkom)

Setiap perusahaan pasti memiliki Risiko dalam menjalankan kinerja perusahaanya, salah satu risiko yang akan dihadapi perusahaan adalah Risiko Kredit. Risiko Kredit adalah Risiko yang dihadapi sebuah perusahaan karena pendanaan eksternal yang diusahakan oleh perusahaan. Risiko Kredit ini terjadi ketika pihak perusahaan kontrak kesepakatan dengan pihak kreditur dalam rangka memenuhi kinerja Perusahaan pada investasi pada aset. Di dalam artikel ini tidak akan membahas risiko kredit saja, melainkan akan dibahas juga mengenai risiko kerusakan properti, risiko regulasi hukum, risiko tingkat suku bunga. Profil Perusahaan  Logo Perusahaan Telkom Indonesia TELKOM, perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki pemerintah, merupakan perusahaan penyedia layanan telepon tidak bergerak terkemuka di Indonesia. Sementara itu, anak perusahaan yang mayoritas sahamnya dikuasai TELKOM, PT Telekomunikasi Seluler (“Telkomsel”), merupakan perusahaan operator layanan telepon seluler yang te

Informasi Wisata: Mendaki Gunung Kelud

Pada artikel kali ini, kami akan berbagi kepada anda tentang pendakian ke Gunung Kelud. Gunung Kelud merupakan tempat wisata Gunung, terbaik se-Jawa Timur. Hal ini karena akses ke Gunung Kelud dibangun dengan baik dan aspal yang bagus dan lebar, sehingga siapa saja mampu untuk menjangkaunya. Di bawah juga disediakan semacam shelter di Kuta Bali untuk menjangkau puncaknya.  Untuk semakin menambah kesan ke Gunung Kelud, kami memutuskan untuk mendaki ke Gunung Kelud dengan jalan kaki. Pendakian berawal dari Masjid sebelum mulai menyusuri jalanan Aspal Gunung Kelud. Rekor yang kami pegang mendaki Gunung Kelud adalah 2,5 Jam mulai dari Masjid yang ada sebelum Pintu Gerbang Gunung Kelud sampai Memasuki Terowongan Gunung Kelud . Kalian bisa memecahkan rekor kami?? silahkan coba... :) Terowongan di Gunung Kelud Anak Gunung Kelud Spot Panjat Tebing di Gunung Kelud Jalanan di Kawasan Gunung Kelud Selama menyusuri jalanan ke Anak Gunung Kelud, kami hanya berbe

Informasi Wisata Tulungagung: Pantai-pantai yang ada di Tulungagung (Pantai yang ada di Besuki, Pantai yang ada di Tanggunggunung, Pantai yang ada di Kalidawir, Pantai yang ada di Pucanglaban)

Pantai, Pantai merupakan tempat wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan , kenapa??? karena setiap orang mudah untuk menjangkaunya, sangatlah berbeda dengan gunung, yang tidak semua orang bisa menjangkaunya... :) Tetapi pada kondisi tertentu, kadang untuk ke pantai dibutuhkan pendakian kecil, atau perjalanan pendek menjangkau pantai...:) keindahanya tak ternilai dengan "materi" secara tepat. Proporsi yang indah antara daratan dan lautan yang saling bertemu membuat kita semakin terkesima terhadap keindahan alam ini. Tahukah kalian?? Bagaimana bisa terbentuk pasir pantai?? Pasir pantai terbentuk dari pecahan karang yang tersapu ombak, sedikit demi sedikit terdampar di pantai. Pasir yang kita temui pun beraneka ragam, kadang berwarna "putih" kadang berwarna "hitam". Pantai yang berwarna hitam terbentuk dari pecahan-pecahan karang atau tebing dekat pantai yang berwarna hitam / cenderung hitam, begitu juga sebaliknya untuk pantai yang be