Lisan kerap kali menjadi alat
bagi kita untuk melakukan komunikasi terhadap sesama saudara kita. Lidah
mempunyai peranan yang sangat urgen bagi aktivis muslim yang mengkonsentrasikan
diri terhadap dakwah ila dinul islam. Lidah merupakan sesuatu yang mesti kita
jaga dari kesalahan yang dapat menerpurukkan kita ke dalam Neraka. Mengapa
demikian..?? pandai menjaga lisan merupakan salah satu sifat yang diberikan
kepada umat muslim, dan kepada orang-orang yang beriman. Kecenderungan orang-orang muslim yaitu yang secara penuh berserah diri kepada Alloh Swt. mereka tidak akan mengganggu lisan dan tanganya atas orang-orang muslim lainya. Dan Kecenderungan orang-orang yang berian kecenderungan mereka adalah untuk berkata dengan perkataan yang benar, bahkan jika mereka tidak bisa berkata baik, maka sebaiknya merkea diam.
Orang yang banyak bicara bila tidak diimbangi
dengan ilmu agama yang baik, akan banyak terjerumus ke dalam kesalahan. Karena
itu Alloh dan Rosul-Nya memerintahkan agar kita
lebih banyak diam. Atau kalaupun harus berbicara maka dengan pembicaraan yang
baik. Lisan seseorang sering kali membawa manfaat bagi seseorang,, pun juga sering membawa petaka dalam aktivitasnya. Petaka itu datang ketika lisan membawa seseorang pada urka Alloh Swt. Sedangkan Membawa manfaaat jika lisan seseorang membawa kepadanya Ridho Alloh Swt.
Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.”
(Al-Ahzab: 70)
Rosululloh Shollallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Barang siapa beriman
kepada Alloh dan hari
akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Imam
Al-Bukhari hadits no. 6089 dan Al-Imam Muslim hadits no. 46 dari Abu Hurairah)
Lisan (lidah) memang tak bertulang, sekali engkau
gerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula. Demikian berbahayanya lisan,
hingga Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam
menggunakannya.
Dua orang yang berteman penuh keakraban bisa
dipisahkan dengan lisan. Seorang bapak dan anak yang saling menyayangi dan
menghormati pun bisa dipisahkan karena lisan. Suami istri yang saling mencintai
dan saling menyayangi bisa dipisahkan dengan cepat karena lisan. Bahkan darah
seorang muslim dan mukmin yang suci serta bertauhid dapat tertumpah karena
lisan. Sungguh betapa besar bahaya lisan.
Rasululloh Shollallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan
satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka
dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6092)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara
dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan
dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (Shahih, HR.
Al-Bukhari no. 6091 dan Muslim no. 6988 dari Abu Hurairah Rad. )
Al-Imam An-Nawawi mengatakan: “Hadits ini (yakni
hadits Abu Hurairah yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim) teramat jelas
menerangkan bahwa sepantasnya bagi seseorang untuk tidak berbicara kecuali
dengan pembicaraaan yang baik, yaitu pembicaraan yang sudah jelas maslahatnya
dan kapan saja dia ragu terhadap maslahatnya, janganlah dia berbicara.”
(Al-Adzkar hal. 280, Riyadhus Shalihin no. 1011)
Al-Imam Asy-Syafi’i mengatakan:
“Apabila dia ingin berbicara hendaklah berpikir dulu. Bila jelas maslahatnya
maka berbicaralah, dan jika dia ragu maka janganlah dia berbicara hingga nampak
maslahatnya.” (Al-Adzkar hal. 284)
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi
mengatakan: “Ketahuilah, setiap orang yang telah mendapatkan beban syariat,
seharusnya menjaga lisannya dari semua pembicaraan, kecuali pembicaraan yang
sudah jelas maslahatnya. Bila keadaan berbicara dan diam sama maslahatnya, maka
sunnahnya adalah menahan lisan untuk tidak berbicara. Karena pembicaraan yang
mubah bisa menarik kepada pembicaraan yang haram atau dibenci, dan hal seperti
ini banyak terjadi. Keselamatan itu tidak bisa dibandingkan dengan apapun.”
“Seorang muslim adalah
seseorang yang lisan dan tangannya tidak mengganggu seorang muslim yang lain.”
Ibnu Baththol mengatakan,
“Yang dimaksud dengan hadits ini
adalah dorongan agar seorang muslim tidak menyakiti kaum muslimin lainnya dengan
lisan, tangan dan seluruh bentuk menyakiti lainnya.
Al Hasan Al Bashri mengatakan,
“Orang yang baik adalah orang
yang tidak menyakiti walaupun itu hanya menyakiti seekor semut”. Perhatikanlah
perkataan yang sangat bagus dari Al Hasan Al Basri. Seekor semut yang kecil
saja dilarang disakiti, lantas bagaimana dengan manusia yang punya akal dan
perasaan disakiti dengan suara bising atau mungkin lebih dari itu?!
Banyak orang merasa bangga dengan kemampuan
lisannya (lidah) yang begitu fasih berbicara. Bahkan tak sedikit orang yang
belajar khusus agar memiliki kemampuan bicara yang bagus. Lisan memang karunia
Alloh yang demikian
besar. Dan ia harus selalu disyukuri dengan sebenar-benarnya. Caranya adalah
dengan menggunakan lisan untuk bicara yang baik atau diam. Bukan dengan
mengumbar pembicaraan semau sendiri.
Comments
Post a Comment