Catatan kajian Prof Said Aqil Munawar yang ada di youtube, yang kami tuangkan dalam sebuah caatan, agar menjadi pelajaran yang bermanfaat bagi kita semua. Semoga bermanfaat temen2. Mohon maaf jika masih ada kesalahan ketik atau kurang nyamannya penataan tulisan.
Pertanyaan
Begini prof, saya menemui beberapa kalangan yang mengatakan bahwa di dalam kitab ihya ulumiddin itu karya imam al ghozali, banyak sekali ditemukan hadits2 yang dhoif bahkan palsu, katanya begitu. Nah tuduhan semacam ini apakah benar, sampai mereka mengatakan Imam Al Ghozali itu tidak menguasai tentang ilmu hadits, bagaimana tanggapan Prof Aqil..?
Ini pertanyaanya dari seberang sana mungkin. Banyak orang yang gak kenal siapa Imam Al Ghozali. Maka ketika kita belajar, Imam Al Ghozali ini orang yang multidisipliner.
- Faqih iya,
- Mufassir iya,
- ushuli iya,
- lughowi iya,
- semuanya iya.
- Sufi iya.. ada semua.
Jadi kita dulu dididik, ketika mempelajari madzhab misalnya, itu syajarotul madzhabnya harus dikuasai dulu. Buku darimana darimananya itu. Nah Imam Al Ghozali, ini dikenal masuk dalam kelompok Thoriqotul Mutakallimin, dalam ushul fiqih itu, bersama gurunya Imam Al Haromain, Abul Ma'ali Abdul Malik Al Juwaini, kemudian al Ghozali. Imam Ghozali ini bukunya tiga
- Ushul fiqih yang musytasfa
- Al Manqul
- Sifa al gholi
Orang tahunya musytasfa saja, padahal tiga bukunya. Saya juga pernah mendengar itu, mendengar langsung di trans 7. Ada namanya hari sabtu pagi khozanah, saya gak tahu, anaknya saya gak kenal. Jadi pagi itu bercerita siapa Imam Al Ghozali, bercerita panjang dia, Imam Al Ghozali seorang pemikir, di kesimpulanya ini yang menyakitkan hati. Mahasiswa saya suruh cari anak itu. Dia bilang Imam Al Ghozali itu hebat, seorang pemikir ulung yang bisa menyelesaikan beberapa permasalahan pada masanya, kekuranganya satu. Tidak mengerti al Quran dan as Sunnah. Kurang ajar gak itu?? Tapi untuk orang yang diseberang, biasa itu, biasa. Dan bahkan dia tuduh, hadits2, yang ada dalam ihya ulumiddin itu semuanya hadits2 lemah dan bahkan palsu. Terus apa gunanya? al iroqi mentakhrij haditsnya itu. Al Asfar fi takhrijhima fil ahyai minal atsar. Itu ada takhrijnya..
Imam Al Ghozali ini ketika mempelajari semua disiplin ilmu, termasuk ilmu kalam dia katakan ini semua katanya bohong, termasuk filsafat ditulis
- tahafutul falasifah,
- almunqidu minadh dholal.
Karena panca indera ini banyak bohongnya katanya. Mata bohong, dimana bohongnya diambilnya kayu yang panjang diletakkan di air. Kayu tadi gak lurus lagi dia, bengkok. Nah kalau begitu saya ingin mencari yang namanya ma'rifat (ini ilmu) makanya dia kholwat, dia uzlah, uzlahnya 6 tahun. 6Tahun tidak mau bertemu dengan orang. Uzlah dia mencari ilmu yang sebenarnya itu apa. Akhirnya dia temukan itulah yang disebut dengan cahaya. Dzalikan nur, huwa miftahu kulli syai-Aku temukan cahaya itu, dia adalah kunci dari segala sesuatu. Maka imam al ghozali di dalam biografinya itu menulis hadits2 ihya, sebelum dia menulis itu ketemu dulu dengan Rosululloh, sudah ketemu baru ia tulis. Nah kita gak bisa cerita dengan orang di seberang itu kalau cerita2 bertemu Rosululloh, itu semuanya bohong. Okelah itu zamanya al ghozali. Ghozali itu meninggalnya 1111masehi (505H). Yang sudah mukasyafah seperti bisa bertemu dengan Rosululloh kapan saja.
Nah kita contohkan, yang mutaakhiran ya.. yang jauh2, 500 tahun setelah itu. Ada ulama namanya al imam al qoirowani, Al qoirowani ini dia punya buku,Syamail muhammadiyah wa sholawat az zakiyah. Dia didoakan oleh ayahnya, ayahnya seorang wali besar, supaya anak saya ini lebih besar daripada saya. Dikabulkan, maka dia tulis syamail sholawat itu. Syamail itu dia tulis, setelah Rosululloh ada di depan dia. Jadi tawashul dia, rosululloh ada di depan dia baru dia tulis sholawatnya. Artinya bertemu iyanan, itu 400tahun setelah al ghozali, bagaimana dengan al ghozali? okelah terlau jauh, cerita tentang guru saya sajalah. yang langsung jaman sekarang. Namanya syaikh yasin isa al fadani itu. Syaikh Yasin itu bisa ketemu dengan Rosululloh kapan saja. Saya ketika ada masalah hadits2 yang saya sudah saya cari kemana2 tidak ketemu, Alloh ilhamkan kepada saya, tanya sama syaikh. Saya tanya syaikh, dia bilang apa? nanti malam? saya akan tanya langsung kepada Rosululloh Saw. Besuk kamu kesini, saya terus gak bisa tidur itu. Dzuhurnya beliau ketua keluar, ya akhi absyir..ada berita gembira. Enak saja beliau cerita, bahwa semalem saya sudah ketemu, saya tanyakan hadits ini, betulkah beliau menyabdakanya? dia tanyakan semuanya betul, Rosululloh yang sabdakan. Jadi yang pertanyaan gitu itu luar biasa ya.
Kita boleh seneng atau benci sama guru, atau pahamnya gak sama dengan kita. Saya sekolah di madinah dulu, ini of the record ya. Ada guru saya satu, ketika saya kelas dua, dia kafirkan syaikh abdul qodir jailani, dia caci habis imam al ghozali. Man huwa ghozali.??man laqqobahu bi hujjatil islam?? maa aktsaro hadits fil ihya.. kulluha dhoifa bal maudhu'a, man....?? Saya di depan, di madinah itu. Kalau pinter duduknya di depan. Mumtazin di depan, yang bego2 di depan. Seharusnya gak begitu, yang bego di depan, yang pinter di belakang. Saya terus tanya, saya terus kipasin salah seorang temen saya, Allohu yarham, meninggal dua tahun yang lalu ketika saya di mina. Namanya ahmad, Syaikh Ahmad Syarif, orang syiria. Jadi ahmad ini, sama2 kita sering maulid, nu lah. Saya kipasi dia, karena dia di belakang saya, nilainya agak di belakang saya. Ahmad, isalu... isalu... Ya syaikh.. indi sual, ini yang ngajar ini baduwi, terus dia berdirikan kacamatanya. Li sualak? bahasa baduwi itu... Ana mundzu shighori hafidztu haditsan an Rosulillah Saw. man kaffaro musliman, fa huwa kafirun. Jadi siapa yang mengkafirkan seseorang, dia duluan kafir. man kaffaro musliman, fa huwa kafirun.
Dia bilang, anta arobi? ai ana arobi, an ana suri jinsiya, fahimta arobia? fahimtu. Barro...Disuruh keluar dari kelas, suruh lari, kalau orang Indonesia seperti itu, dipecat suruh pulang ke indonesia, sama orang arab berani. Dia keluar gitu kan, (kasih kode ke saya) huss.... anta sabab. Keluar terus saya ciumi, maafin saya, samihni..saya gak maksud begitu, iya katanya, kurang ajar guru ini. Tapi karena kita benci sama guru, ilmunya memang gak berkah, nilainya juga gak berkah. Saya waktu itu nilai 40 tertinggi, 40 39 38 paling kecil, ini 32. Saya datang ke dia, saya bilang uji saya kedua kalinya, saya tidak yakin dengan ini, karena saya yakin jawaban saya 100 persen. Seharusnya 40, maa madho faat.. yang sudah lewat sudah. Dalam hati saya, saya dapat nilai kecil karena saya tidak seneng sama dia. Maka gak berkah ilmunya, nilainya pun kecil, nilai 32 itu sudah bagus. Tapi kalau kita kan kelasnya 40, iya kan... karena mumtaz.
Jadi biasa, yang begitu biasa, maka selalusaya sampaikan sama temen2, kita tidak boleh membenci ulama apapun aliranya, apapun madzabnya, dia adalah warosatul anbiya. Apalagi kita mencaci yang dulu2 itu, ulama yang sudah tidak diragukan lagi keilmuanya, orang yang model begini, coba bedakan dengan kita. Nurnya tidak ada, sealim apapun. Saya perhatikan itu, alim bagaimanapun, nur nya tidak ada, nur ilmunya tidak ada karena hatinya tidak bersih. Selalu nyalahin orang, selalu apa gitu, gak boleh. Boleh kita beda, tapi jangan menyalahkan orang, apalagi, mengkafirkan orang, membid'ahkan orang, mensyirikkan orang jangan. (Hal itu ) akan berdampak pada diri kita sendiri. Kita yang bercahaya karena ilmu, karena al quran, itu akan hilang karena hati kita tidak bersih kepada orang lain
Comments
Post a Comment